Rahim Pengganti

Bab 87 "Cafe Cemara"



Bab 87 "Cafe Cemara"

Bab 87     

Cafe Cemara     

"Gak ada yang direpotkan Ca. Mbak malahan bahagia kalau di suruh, jagain Melody kayak gini," balasnya.     

Caca tersenyum, wanita itu segera mengantar Bunga menuju pintu. Hari ini Melody dijaga oleh bunga karena asisten rumah tangganya yang biasa menjaga Melody dan membersihkan apartemen miliknya sedang izin.     

Sudah selama dua bulan terakhir, Carissa tinggal di sini. Tempat berlindung, yang dirinya beli dari uang selama ia bekerja dulu. Caca sengaja membeli salah satu unit di sini, supaya bisa lebih dekat dengan cafe dan bisa mengawasi Melody.     

"Hati hati mbak," ucap Caca. Bunga melambaikan tangannya lalu menekan tombol lift sedangkan Caca sudah masuk lebih dulu.     

.     

Saat pintu lift terbuka, Bian terdiam sejenak pria itu seolah mengenal siapa wanita yang baru saja masuk ke dalam lift tersebut, Andrian yang melihat sang Boss hanya berdiam diri menyengol lengan Bian.     

"Kita keluar boss," ucap Andrian. Bian langsung memalingkan matanya dan menatap ke arah Andrian, lalu keduanya pun melangkahkan kaki nya keluar dari sana. Pikian Bian masih tertuju dengan wanita tersebut.     

"Loe mikirin apaan sih. Dari tadi ngelamun aja," tegur Andrian.     

Bian hanya menatap sekilas lalu berjalan, tanpa mendengarkan ucapan yang dilontarkan oleh Andrian. Melihat hal itu membuat Andrian hanya bisa menghela napasnya berat.     

***     

Masuk ke dalam kamar, Bian segera merebahkan dirinya. Pria itu menatap lurus ke arah atap, tanpa berkedip sedikit pun. Helaan nafas berat terlihat jelas, setetes air mata di sudut matanya terjatuh. Bian menangis, pria itu akan selalu seperti ini ketika dirinya seorang diri.     

Tidak ada orang yang tahu, bahwa Bian saat ini sangat rapuh, kepergian Carissa membuat pria itu tidak bisa menapaki kehidupan. Menyesal, sangat kenapa dirinya tidak mengambil sebuah keputusan tepat waktu saat itu.     

Membuat Carissa lebih dulu salah paham, membuat wanita yang begitu dicintainya itu pergi entah kemana. Rasa rindu, ini sudah sangat memuncak.     

"Kalian di mana?" gumam Bian.     

Ponsel milik Bian bergetar, dilihatnya nama sang Mama tertera di sana.     

"Hallo," sapa Bian.     

"Kamu ke Malang kenapa gak bilang bilang sama Mama."     

Bian terdiam mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Mama Ratih, wanita paruh baya itu bertanya ini dan itu terus menerus, Bian hanya bisa pasrah mendengarnya.     

"Emang kenapa sih Ma. Aku datang ke sini, cuma mau kerja. Emang ada apa dengan kota ini?" tanya Bian curiga. Pria itu, tidak habis pikir dengan sang Mama yang begitu tidak sukanya jika dia pergi, tidak biasanya Mama Ratih bersikap seperti ini.     

"Ah, tidak ya sudah kalau gitu, kamu harus kerja yang baik. Mama tutup telponnya."     

Panggilan telpon tersebut, di tutup secara sepihak oleh Mama Ratih. Bian menatap layar handphonenya, pria itu semakin curiga dengan sikap sang mama. Pikirannya saat ini, tertuju kepada Carissa.     

"Apa kalian ada di sini? Tuhan pertemukan, kami."     

Bian sangat yakin, jika Carissa dan Melody ada di kota ini. Kota yang memang belum dirinya utus orang untuk mencari keberadaan Caca.     

***     

Keesokan harinya, Bian dan Andrian sudah pergi menuju tempat meeting mereka. Clien yang akan menjadi rekannya ini meminta mereka untuk datang ke sebuah cafe yang sedang hits di kota ini.     

"Kita di sini meetingnya?" tanya Bian ragu. Melihat bentuk Cafe tersebut, dari luar membuat Bian tidak yakin dengan kualitas dari cafe tersebut. Apa mungkin, cafe yang katanya terkenal seperti ini. Bian masih menatap Andrian yang sedang mencari tahu kebenaran nya.     

"Benar kok. Ini tempatnya," jawab Andrian pria itu lalu maju ke arah depan. "Iya benar ini tempat. Ayo kita masuk," sambung Andrian.     

Dengan perasaan ragu, Bian segera masuk ke dalam cafe tersebut. Baru saja di depan pintu hal pertama yang dirasakan oleh Bian adalah aroma kopi yang begitu khas. Aroma yang selalu Bian hirup sebelumnya.     

"Gila. Ini cafe atau tempat apaan. Keren banget, dari luar terlihat biasa saja tapi saat masuk mantap banget ini keren. Pantes aja pak Budi mau meeting di tempat ini," ujar Andrian.     

Bukan hanya Andrian, tapi Bian juga berdecak kagum melihat kondisi Cafe yang begitu indah, pemiliknya benar benar luar biasa memadukan setiap aksen yang baik dan benar. Membuat cafe ini tidak membuat orang orang bosan untuk datang dan nongkrong di sana.     

"Selamat datang. Ada yang bisa kita bantu."     

"Kami ada meeting bersama pak Budi. Di bagian mana ya?" tanya Andrian. Pelayan tersebut, langsung saja membawa mereka semua ke ruangan yang ada di lantai dua.     

"Silakan ini ruangan yang dipesan pak Budi."     

"Baiklah terima kasih, oh ya sebelah sana ruangan apa ya?" tanya Andrian.     

"Itu ruangan pemilik cafe ini, hanya saja pemiliknya tidak datang hari ini."     

Andrian menganggukkan kepalanya, mereka semuanya masuk ke dalam ruangan. Ternyata di dalam sana lebih luar biasa lagi, meskipun di dalam ruangan tapi temanya sudah seperti outdoor membuat semua orang yang ada di dalam sana menjadi betah untuk berlama lama.     

***     

Tiga jam, bukan waktu yang singkat tapi semua orang yang ada di sana tidak menyangka waktu meeting mereka bakalan selama itu, apa lagi dengan kondisi cafe yang laut biasa indah.     

"Baiklah terima kasih pak Budi. Saya harap, rencana kita sukses dan berjalan dengan baik," ujar Bian.     

"Sama sama pak Bian. Saya juga berharap seperti itu, oh ya silakan nikmati kopi terbaik di sini."     

"Terima kasih banyak Pak. Oh ya, tempat ini sepertinya baru dibangun ya? Terakhir kali, saya ke sini belum ada bangunan ini?" tanya Bian.     

"Betul pak. Ini cafe baru, tempat ini benar benar memberikan konsep yang luar biasa. Saya saja selalu nyaman meeting di tempat ini, makanya saya selalu merekomendasikan tempat ini kepada para clien clien saya."     

Keduanya berjalan turun ke area bawa, sudah banyak anak muda yang sedang nongkrong di tempat tersebut. Setelah Pak Budi pamit, Bian dan Andrian masih stay di tempat tersebut, sedangkan ketiga pegawainya lainnya sudah di minta untuk kembali ke hotel mereka.     

"Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya salah satu pelayan di tempat tersebut.     

"Kami pesan kopi yang paling baik di tempat ini ya," jawab Andrian. Pelayan tersebut, langsung menganggukkan kepalanya dan mulai meracik permintaan Bian dan Andrian.     

***     

Cafe ini semakin sore, semakin ramai bahkan ternyata bukan hanya cafe biasa tapi juga ada live musiknya, sehingga banyak orang orang yang betah berada di sana.     

"Tempat nyaman banget ya. Kopinya juga gak asing, kayak kita sering minum gitu. Aromanya beda," ujar Andrian.     

Bian hanya terdiam, sudah sejak awal pria itu memikirkan apa yang baru saja di ucapkan oleh Andrian. Kopi ini sangat khas, aromanya manis dan menyatu membuat, Bian mengingat seseorang.     

Keduanya tidak terlalu lama di sana, karena Bian dan Andrian masih harus bersiap untuk besok pergi meninjau lokasi.     

Tring     

Suara pintu terbuka Carissa masuk ke dalam cafe tersebut.     

"Ada meeting ya hari ini?" tanya Carissa. Wanita itu baru saja sampai, Caca memang tidak bisa sehari saja, untuk tidak datang ke kampus.     

"Ada mbak. Orangnya baru aja pergi," jawabnya.     

Caca menganggukkan kepalanya lalu baik ke ruangan. Ada beberapa dokumen yang baru, Caca ambil dan itulah kenapa dirinya ada di cafe saat jam segini.     

##     

Selamat membaca dan terima kasih buat kalian semuanya yaa. Sehat terus buat kalian, love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.